Rapat Para Penglingsir,Para Tokoh ,Kelian Desa Adat,Perbekel Desa Tista,Perangkat dan Warga Desa

Putu Krisnanda 14 November 2020 13:01:45 WITA

 Usulan Masyarakat  Desa Tista,Para Tokoh dan Pengelingsir,Ketiga Desa Adat,Ketiga Kelian Banjar Dinas se Desa Tista, tentang Usulan perubahan Nama Desa,dari Desa  Dinas  Tista menjadi Desa  Dinas  Dapdap Putih

 

  1. Sejarah Desa Dapdap Putih

 

  1. Dalam “ Rontal Batur Kelawasan Petak “ dan “ Rontal Bhuwana Tattwa Maharsi Markandheya “, dimana tersurat bahwa pada awal abad ke 18 masehi, datanglah seorang Rsi Agung bernama Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Madura ke hutan Besturi di Desa  Sepang untuk napak tilas perjalanan ( ngetut pemargin ) “ Pamoksan  Ida Maharsi Markandheya “  di Gunung Bhujangga ( Gunung Patas ). Beberapa lama beliau melakukan yoga semadi disana, lalu beliau membangun tempat pemujaan widhi di hutan Besturi dan penyiwian Tirtha Sudamala di Tukad Mesiwi (Madewi). Kemudian membangun Pura Pemujaan Maharsi Markandheya di Asah Danu yang diberi nama Pura Kahyangan Maha Rsi

         Suatu ketika, Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Madura berkenan meneruskan perjalanan Dharma Yatra dan tiba dihulu sebuah sungai (Yeh Leh) dalam  alas / hutan rimba. Disana  beliau melakukan puja semadhi                       dan menempatkan 5 ( lima ) buah batu sebagai Taulan (tanda).  Dikemudian hari oleh masyarakat  Dapdap Putih, ditempat dimana beliau melakukan Puja Semadhi tersebut, didirikan Parahyangan Widhi yang diberi             nama   Pura Taulan yang  disungsung oleh masyarakat  Desa Tista.  Pura tersebut berdampingan Pura Subak Gunung Renga, milik masyarakat Desa Pakraman Munduk Mengenu.

         Konon diceriterakan, ada beberapa pemburu Warga Pasek Tangkas dari Desa Bujak (Sepang), dengan maksud berburu kijang. Sang pemburu secara tidak sengaja mengalami suatu musibah. Atas petunjuk niskala,                pemburu tersebut diharuskan menghaturkan upacara ’maguru piduka’ disuatu tempat yang terdapat Batu Taulan, dihulu sebuah sungai, sebuah petilasan Ida Rsi Madura.

         Sebelumnya diketahui bahwa Ida Rsi melakukan perjalanan menyusuri Tukad Panghyangan menuju keselatan, maka kelompok pemburu tersebut mencari Batu Taulan tersebut disekitar hulu Tukad Panghyangan.                  Lama    dicari-cari, Batu Taulan tersebut tidak diketemukan. Dalam keputusasaan, para pemburu secara kebetulan, berjumpa seorang suci bernama Ida Mpu Dada Putih, dari Desa Gumuk Kancil, daerah Banyuwangi,            yang datang ke alas Besturi, untuk napak tilas Pemoksan Ida Maharsi Markandheya. Beliau memberi petunjuk, bahwa upacara tersebut dapat dilakukan ditempat yang dirasa cukup baik, dengan membuat  ”Turus                  Lumbung” dari pohon dapdap, sebagai ’”penyawangan”  Batu Taulan

         Ternyata pohon “Dapdap”  tersebut tumbuh subur dan berbunga ”Putih”. Dikemudian hari di tempat penyawangan ini, dibangun oleh masyarakat  sebagai tempat suci penyiwian widhi, yang diberi nama Pura                        Kahyangan Dapdap Putih.

  1. Sekitar tahun 1918 masehi, banyak orang dari berbagai desa berdatangan ke wilayah tersebut ”merabas hutan / alas”, untuk dijadikan lahan pertanian. Mereka-mereka itu datang dari berbagai desa, antara lain : Desa Petemon, Desa Munduk, Desa Banyuatis, Desa Kayu Putih dan Desa Pelapuan, Kabupaten Buleleng, serta ada dari Desa Benyuh, Gianyar.  Disana mereka bertani / berkebun menanam pohon kopi dan juga membangun pemukiman baru, yang dikemudian hari berkembang menjadi sebuah Desa. Desa tersebut dinamai Desa Dapdap Putih.

          Setelah selesai merabas hutan,  mereka kemudian berbagi lahan pertanian / perkebunandan tempat pemukiman sebagai berikut :

  • Yang berasal dari desa Petemon, Munduk dan Pelapuan mengambil tempat di bagian utara desa, disebut Banjar Tista dan subaknya diberi nama Subak Gunung Merta.
  • Yang dari Desa, Kayuputih dan Banyuatis mengambil tempat di dua punggung bukit di selatan Desa, disebut Banjar Munduk Tengahdan subaknya diberi nama Subak Gunung Jawi.
  • Yang dari desa Benyuh, Gianyar mengambil tempat dibukit bagian tenggara desa, disebut Banjar Munduk Mengenudan subaknya disebut Subak Gunung Renga.
  • Latar  Belakang Pengembalian Nama Desa Dinas Dapdap Putih

       Sudah sejak lama masyarakat adat Desa Tista beropini perihal nama Desa Dapdap Putih yang diganti dengan nama Desa Tista. Entah kebetulan atau tidak sejak meletusnya Gunung Agung tahun 1963, dan juga mulai           menggeliatnya Kepariwisataan Bali, sejak adanya perubahan nama desa, keadaan perekonomian masyarakat Desa Tista                     dirasakan terus merosot.Hasil pertanian tidak lagi menjanjikan sebagai tumpuan            ekonomi rakyat. Terutama hasil komoditas perkebunan kopi  tidak lagi “mesari“  sebagai sumber penghidupan, akibatnya generasi muda putra desa tidak lagi berminat  sebagai petani. Para pemuda desa kemudian pergi        kekota mengadu nasib di dunia pariwisata.

      Masyarakat desa sangat meyakini kemerosotan ini adalah akibat dari diubah-nya nama Desa Dapdap Putih menjadi DesaTista. Oleh karena itu, seluruh masyarakat  Desa Tista  berkeinginan untuk                                    kembali mempergunakan nama  DAPDAP PUTIH sebagai nama desa nya,  sebagaimana yang diwariskan oleh para leluhur.

      Dahulu Desa Dapdap Putih adalah merupakan daerah surplus dari hasil pertanian / perkebunan kopi, dimana hampir dari seluruh Bali orang-orang datang berniaga ke Dapdap Putih. Perhubungan cukup lancar, dengan          adanya beberapa pengusaha bus dengan tujuan Singaraja via Seririt dan jurusan Klungkung via Denpasar.

 

  • Dimasa lalu, Desa Dinas Dapdap Putih, dibawah Distrik Pengastulan, merupakan kesatuan masyarakat adat Dapdap Putih, yang didukung oleh 3 ( tiga ) Banjar Adat yaitu :
  • Banjar Adat Tista,
  • Banjar Adat Munduk Mengenu dan
  • Banjar Adat Munduk Tengah.

      Kahyangan Suci Desa Adat Dapdap Putih adalah :

  • Pura Desa berada di Dusun Dapdap Putih, Banjar Adat Tista ( dengan memfungsikan Pura Kahyangan Dapdap Putih, yang merupakan Pura Temuan Warisan Leluhur sebagai Pura Desa)
  • Pura Puseh berada di Banjar Adat Munduk Tengah, dan
  • Pura Dalem dan Setra dibangun dimasing-masing Banjar Adat.
  • Serta adanya Pura Swagina Subak Abian dimasing-masing Banjar Adat.
  • Kesamaan Nama Desa Dinas Tista dengan Desa Adat Tista

      Sejalan dengan perubahan tata pemerintahan Desa Adat,  perubahan nomenklatur nama Desa Dinas Tista, maka dalam satu wilayah pemerintahan Desa, terjadi duplikasi penamaan antara Desa Pakraman Tista  dengan        Desa Dinas Tista.Hal tersebut sudah barang tentu sering menimbulkan kerancuan administrasi pemerintahan desa. Sering terjadi salah sasaran komunikasi, karena kebiasaan penyebutan nama desa jarang diembel-              embeli dengan kata “Dinas” atau “Pakraman”, sehingga sering terjadi salah sasaran.

     Disamping itu, di Bali terdapat beberapa nama Desa Tista, yang sering menimbulkan kesalahan alamat ketika ada pengiriman dokumen-dokumen penting, antara lain :

      Di Kabupaten Buleleng

             Desa Tista, di Kecamatan Sukasada

             Desa Tista, di Kecamatan Buleleng

             Desa Tista, di Kecamatan Busungbiu

   Di Kabupaten Karangasem

            Desa Tista, Kecamatan Abang

  Di Kabupaten Tabanan

           Desa Tista, Kecamatan Kerambitan

 

     Demografi  Desa  Tista

  1. Wilayah Desa Tista

           Konon ceritanya, pada jaman pendudukan Belanda, pada awalnya Desa Dapdap Putih akan dimasukkan kedalam Distrik Pekutatan, yang merupakan wilayah Kabupaten Jembrana. Tetapi karena mayoritas                             masyarakatnya berasal dari wilayah Buleleng dan meminta wilayah itu dimasukkan ke wilayah Bali Utara, Kabupaten Buleleng. Usulan tersebut disetujui oleh pihak Belanda.  Setelah Indonesia merdeka,                                 wilayah ini tetap menjadi wilayah Kabupaten Buleleng, dibawah Distrik Pengastulan, dan kini merupakan bagian dari  Kecamatan Busungbiu.

           Luas wilayah Desa Tista adalah 912 kilometer persegi Desa Tista terletak dikaki sebelah barat laut Pegunungan Kaldera Purba Batukaru, yang oleh masyarakat setempat disebut Gunung Keregan, jika boleh                        dikatakan, daerah ini berada ditengah-tengah Pulau Bali, yang merupakan desa pertanian/ agraris yang sangat subur dengan tanaman andalan kebun kopi. Sangat menarik perhatian masyarakat Bali( khususnya                   para pedagang dari Bali Timur ) yang semula datang untuk berniaga dan lama kelamaan menetap / bermukim dan kawin-mawin disana menjadi bagian dari penduduk desa

  1. Kependudukan

          Jumlah penduduk DesaTista adalah :

           Jumlah KK  =  1301 KK, dengan jumlah jiwa =  4640 jiwa,terdiri dari  :

           Laki-laki               = 2312 jiwa, dan

           Perempuan         =  2328 jiwa

      Agar tidak terus menerus menimbulkan kerancuan administrasi antara Desa Dinas Tista dan Desa Adat / Pakraman Tista, maka kami atas nama Masyarakat Desa Tista berdasarkan kesepakatan dalam Musyawarah                Desa Tista  dan atas persetujuan Bendesa Adat Tista, Bendesa Adat Munduk Mengenu dan Bendesa Adat Munduk Tengah, mengusulkan perubahan nama DESA  DINAS TISTA menjadi  DESA DINAS DAPDAP PUTIH.

 

Komentar atas Rapat Para Penglingsir,Para Tokoh ,Kelian Desa Adat,Perbekel Desa Tista,Perangkat dan Warga Desa

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Dapdap Putih

tampilkan dalam peta lebih besar